Iklan

Senin, 29 Desember 2014

Longsor raksasa ancam Wilayah majenang


Lebih Besar dari Longsor Jemblung, Banjarnegara
CILACAP- Longsor dengan skala jumbo mengancam Kabupaten Cilacap, tepatnya Dusun Cijinjing Desa Cibeunying Kecamatan Majenang. Bahkan, sudah terbentuk mahkota longsor, tepat diatas pemukiman warga. Retakan tersebut mencapai radius 1 km, dengan lebar retakan paling besar mencapai 1 m.
“Pergeseran tanah paling besar hari ini. Awal kejadian baru 5 cm sekarang menjadi 30 cm. Di jalan bahkan mencapai 50 cm. Dinding rumah warga ada yang bergeser antara 30-50. Ini lebih cepat dibanding hari pertama paska ledakan sepekan lalu,” ujar Dandim Cilacap, Letkol Inf Feri Irawan, Kamis (25/12) kemarin usai memimpin tim gabungan meninjau lokasi.
Dengan tanda-tanda yang sudah terlihat ini, dia mengatakan, jika mahkota longsor telah terbentuk. Kondisi ini harus diwaspadai karena longsor bisa terjadi kapanpun. Bahkan dia memperkirakan hanya dalam hitungan hari tanah longsor ini akan muncul.  “Mahkota longsor sudah terbentuk. Sekarang tinggal menghitung hari,” kata Feri Irawan.
Saat ini, Dandim mengatakan, sudah ada empat rumah rusak akibat terjadi pergerakan tanah. Salah satu tembok rumah bahkan sudah bergeser dan lepas dari sambungan antar dinding. Rumah tersebut diperkirakan berada di jalur retakan. Hasil pantuan kemarin juga melihat banyak retakan makin melebar dibanding sebelumnya.
Untuk sementara, TNI bersama dinas terkait sudah mengungsikan warga ke tempat yang lebih aman. Pusat pengungsian berada di mushala dan SD 04 Cibeunying. Sebagian warga lainnya memilih mengungsi ke rumah kerabat mereka.
“Total ada 34 kepala keluarga dan 133 jiwa dan sudah kita ungsikan,” kata Dandim.
Feri Irawan menambahkan, ancaman longsor ini diperkirakan jauh lebih besar dibanding kejadian serupa di Kabupaten Banjarnegara, yakni Longsor Dusun Jemblung yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.
Feri mengatakab, longsor ini diduga akan diikuti ancaman banjir.  “Tanah longsor akan membentuk dam di hulu sungai Cijalu. Kalau jebol, akan terjadi bah dan mirip peristiwa di Papua,” katanya.
Ketua Forum Relawan Bencanan Indonesia (FPBI) Cilacap, Giri Widodo menambahkan, retakan tanah memiliki panjang hingga 1 km . Tanah longsor ini akan menutup sungai Cijalu dan mengakibatkan banjir di sejumlah desa. Air limpasan Cijalu juga akan mengalir deras ke hulu sungai Cilopadang.
“Jika longsor terjadi, warga di sepanjang aliran kedua sungai ini harus waspada. Mulai dari hulu sampai hilir,” katanya.
Usai pemantaun, tim gabungan yang terdiri atas relawan, Muspika, SAR dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap dibantu warga dan relawan membentuk pos pantau. Kodim kini juga telah membuka pos utama di Koramil Majenang untuk mengatur segara proses penangangan ancaman bencana longsor di Desa Cibeunying. (har/dis)
sumber: http://www.radarbanyumas.co.id/longsor-raksasa-ancam-cilacap/


BERANDA 

Sabtu, 20 Desember 2014

Cara menanam Cabe rawit

Palugon adalah sebuah desa yang terletak di bukit sebuah kecamatan Wanareja, Dengan demikian masyarakat Palugon Dominan bercocok tanam, yaitu bidang pertanian Padi, Cabe, Kacang-kacangan dan banyak lainya. Masyarakat Palugon pada kali ini akan kami bahas mengenai cara menanam cabe dengan keunggulan sangat memuaskan.
Siapa yang tidak mengenal cabe rawit? Dapat dipastikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia mengenal varietas cabe yang satu ini. Ciri khas cabe rawit merah yaitu ukurannya yang relatif kecil namun mempunyai rasa pedas yang luar biasa. Semakin mahalnya harga cabe rawit di pasaran membuat cabe ini menjadi semakin berharga untuk didapatkan. Namun, pembaca tidak perlu khawatir dengan mahalnya harga cabe karena penulis akan memaparkan cara menanam cabe rawit merah yang tepat. Bagi pembaca yang halaman rumahnya tidak begitu luas dapat mencoba berkebun cabe rawit setelah mempelajari cara menanam cabe merah baik itu dalam  pot atau dalam polibag.
Berkebun Cabai Merah Rawit
Berkebun Cabai Merah Rawit
Sebelum memulai cara berkebun cabai merah rawit, pembaca perlu untuk memilih biji cabe rawit yang berkualitas. Pemilihan biji cabe dimulai dengan memilih buah cabe yang sehat alias tidak terlihat sakit. Setelah dipilih, kemudian buah cabe disayat untuk mengeluarkan bijinya. Biji cabe yang telah diambil kemudian dijemur selama tiga hari dengan tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Setelah tiga hari, saatnya melakukan proses persemaian biji cabe rawit.

Kamis, 02 Oktober 2014

Musim Kemarau di Palujantung

Musim kemarau tahun 2014 yang beralamat Desa Palugon, Desa Jambu, Desa Cigintung mengakibatkan beberapa lahan pertaniah mengalami kekeringan, tidak hanya itu pendapatan petanipun kini kian menurun.  Sumber kompas menyatakan: Musim kemarau tahun 2014 berpotensi lebih kering dan lebih panjang dari tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah El Nino, fenomena naiknya suhu muka laut di Samudra Pasifik yang memengaruhi pembentukan awan dan curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Mulyono R Prabowo, mengatakan, "El Nino akan mengganggu proses pembentukan awan hujan, terutama di Indonesia Barat."

Mulyono menerangkan, El Nino yang berpotensi datang pada bulan Juli hingga Agustus 2014 sebenarnya berskala lemah. Artinya, peningkatan suhu muka laut di Pasifik berkisar 0,5 hingga 1 derajat celsius.

Namun, El Nino tetap harus diantisipasi. "Karena terjadi ketika wilayah Indonesia, terutama Sumatera, Jawa, dan selatan Indonesia sedang mengalami musim kemarau," kata Mulyono saat dihubungi Kompas.com, Jumat (16/5/2014).

Kamis, 04 September 2014

Benda Purbakala ditemukan di Wanareja Cilacap

Beberapa benda purbakala yang diperkirakan sebuah candi yang memiliki nilai sejarah tinggi akhir pekan lalu ditemukan oleh Tim RAPI (Radio Antar-Penduduk Indonesia) Lokal Majenang. Benda-benda tersebut diketahui tim yang sedang mengadakan kegiatan survei di Cibagok, Desa Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Cilacap, Jawa Tengah.


Ketua Tim Survei Giri Widodo kemarin menjelaskan, benda-benda tersebut ditemukan pada ketinggian 616 m di atas permukaan laut. Menurutnya, benda-benda yang ditemukan baru berupa patung lingga sapi dengan panjang 75 cm. "Patung ini dalam posisi menghadap ke barat," ujarnya.

Selain itu, juga ditemukan batu lingga dengan panjang 86 cm dan lebar 85 cm. Untuk batu ini, cekungannya mempunyai panjang 29 cm. Di samping itu, juga terdapat batu-batuan seperti nampan dengan panjang 40 cm dan lebar 30 cm.

"Benda ini dalam keadaan patah di tengahnya. Sedangkan batu kepala sapi juga putus," jelasnya.

Giri mengungkapkan, melalui penjelasan Kasbini, seorang pensiunan pegawai Depdikbud Cilacap, pihaknya meyakini benda-benda tersebut merupakan bangunan berupa pura/candi. Hal ini setelah diadakan penggalian sedalam 80 cm, ditemukan ruangan kosong di bawahnya.

"Bagian tengah ketika diketuk suaranya bergema. Sedangkan bagian pinggir suaranya keras. Patung sapinya berada di bagian tengah tersebut. Jadi dimungkinkan benda itu bagian dari sebuah pura," tegasnya.

Prasasti belum ketemu

Temuan tersebut, kata Giri, kalau dibandingkan dengan benda purbakala dan prasasti di Pangandaran hampir mirip. "Namun sayang, kemungkinan adanya prasasti belum ditemukan," tambahnya.

Dia yakin jika ada pelebaran penggalian dengan riset yang terencana akan ditemukan prasasti yang dapat menjelaskan sejarah benda purbakala tersebut. (mediaindonesia)

Team RAPI-Nusantara.NET


Sumber :
http://rapi-nusantara.net/latest/benda-purbakala-ditemukan-di-cilacap.html

Terkini